Blog
Career Development·

Mengenal Reskilling Sebagai Strategi Menghadapi Perubahan Industri

Apa itu reskilling? Sebelum mengenal reskilling, mari kita lihat bagaimana perubahan dunia kerja saat ini.
Apa itu reskilling Peoplyee

Apa itu reskilling? Sebelum mengenal reskilling, mari kita lihat bagaimana perubahan dunia kerja saat ini. Kita harus mengakui bahwa perkembangan teknologi yang tak terbendung berdampak terhadap industri. Misalnya, beberapa peran telah digeser oleh artificial intelligence (AI), tetapi ada pula peran baru yang muncul, dan tak sedikit tugas kerja terbantu dengan sistem digital.

Di tengah gelombang perubahan itu, dunia kerja membutuhkan orang-orang terampil yang relevan dengan kebutuhan bisnis. Untuk memenuhi kebutuhan bisnis, perusahaan dapat merekrut karyawan terampil dan berpengalaman atau memberikan reskilling kepada karyawan saat ini. Bagi jobseeker yang sedang memulai karier maupun karyawan yang ingin mengembangkan posisi, pertimbangkan reskilling sebagai strategi learning and development Anda.

Mengenal Apa Itu Reskilling

Berdasarkan laporan McKinsey Global Institute, Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions In a Time of Automation, sebanyak 375 juta pekerja atau sekitar 14% dari angkatan kerja global mungkin perlu beralih kategori pekerjaan karena digitalisasi, otomatisasi, dan kemajuan AI.

Akibatnya, jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan akan berubah sehingga jalur karier yang ditempuh oleh individu pun ikut berubah. Kondisi tersebut memiliki implikasi skills gap antara kebutuhan industri versus keterampilan karyawan. Salah satu strategi menutup kesenjangan keterampilan adalah reskilling.

Apa itu reskilling? Reskilling adalah proses mempelajari keterampilan baru kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan yang berbeda. Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi keterampilannya pada posisi berbeda di perusahaan. Ini bukan sekadar meningkatkan kemampuan yang sudah ada (upskilling), melainkan usaha menguasai seperangkat keterampilan baru yang relevan dengan peran atau industri dan/atau memenuhi kebutuhan bisnis yang sama sekali berbeda.

Terdapat empat faktor yang menjadikan reskilling sebagai langkah yang harus Anda lakukan:

1. Otomatisasi dan AI

Banyak tugas rutin dan berulang diambil alih oleh teknologi dan AI, meski demikian lingkungan kerja tetap membutuhkan karyawan dengan keterampilan mumpuni. Sebut saja, karyawan terampil dalam critical thinking, creative thinking, dan berinteraksi dengan manusia lebih baik.

2. Pergeseran industri

Pandemi COVID-19 mempercepat pergeseran ke arah digital, mengubah cara perusahaan beroperasi dan berinteraksi dengan pelanggan. Banyak industri yang dulu konvensional, kini membutuhkan keterampilan digital yang canggih.

3. Skills gap

Kesenjangan keterampilan yang dimiliki oleh pekerja dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri terus melebar, maka perusahaan membutuhkan reskilling guna menjembatani hal tersebut.

4. Fleksibilitas karier

Reskilling memberikan fleksibilitas bagi individu untuk tidak terpaku pada satu jalur karier, karena memungkinkan mereka berpindah industri atau peran, sesuai dengan minat dan peluang pasar.

Next: Penjelasan Soft Skill Lebih Penting Dari Technical Skill

Siapa yang Membutuhkan Reskilling?

Tak hanya mereka yang sedang bekerja membutuhkan reskilling, jobseeker atau first jobber pun memerlukannya.

Jobseeker

Reskilling membuka pintu karier Anda ke industri atau peran yang sedang berkembang pesat. Misalnya, Anda adalah lulusan sastra Jepang yang kesulitan mendapatkan pekerjaan di bidangnya, tetapi dengan melakukan reskilling ke bidang human resources, Anda dapat menjadi HR yang mahir berbahasa Jepang. Individu seperti ini bisa bekerja di perusahaan nasional maupun perusahaan Indonesia–Jepang.

Karyawan

Reskilling sangat penting bagi karyawan yang berada di industri yang sedang menurun atau terancam oleh otomatisasi. Jadi, daripada menunggu posisi hilang, Anda bisa mempelajari keterampilan untuk peran lain di dalam perusahaan yang sama atau di tempat lain. Misalnya, akuntan yang terbiasa mengelola laporan keuangan mempelajari alat analisis data seperti Python dan Tableau untuk mengidentifikasi tren bisnis.

First jobber

Fresh graduate atau first jobber memungkinkan untuk menjelajahi berbagai keterampilan kerja, sehingga Anda akan menemukan jalur karier yang paling cocok, tanpa terikat pada latar belakang pendidikan.

Career switch

Bagi Anda yang sudah mapan di satu peran atau industri, tetapi memiliki keinginan pindah jalur karier di bidang lain, Anda bisa menggunakan reskilling sebagai jembatannya. Misalnya, seorang marketing manager yang berfokus pada iklan cetak dan event mempelajari SEO dan digital marketing, sehingga ia beralih menjadi digital marketing specialist.

Siapa yang bertanggung jawab atas reskilling karyawan? Reskilling bukan hanya tanggung jawab individu. Perusahaan pun memiliki tanggung jawab ini untuk mempersiapkan tenaga terampil menghadapi perubahan industri. Terlebih merekrut karyawan baru cukup mahal, jika dibandingkan melatih karyawan yang sudah.

Di sisi karyawan, Anda dapat memanfaatkan inisiatif perusahaan. Ini ialah kesempatan Anda untuk menunjukkan inisiatif sekaligus menonjol di bidang baru.

Next: Perlukah Fresh Graduate Memiliki Sertifikat Keterampilan?

5 Langkah Memulai Reskilling

Mempelajari keterampilan tak semudah yang dibayangkan, kita membutuhkan komitmen dan langkah terencana agar menjadi individu terampil di bidangnya. Berikut ini langkah praktis yang bisa Anda ikuti:

1. Lakukan riset

Sebelum memutuskan reskilling, Anda wajib mengenali pasar kerja saat ini. Misalnya, meriset keterampilan apa yang paling banyak dicari, industri yang sedang berkembang, hingga membaca laporan pasar kerja dari institusi terpercaya untuk mendapatkan wawasan, seperti McKinsey dan World Economic Forum.

2. Tentukan keterampilan yang ingin dikuasai

Selanjutnya, Anda menentukan keterampilan yang menjadi minat dan ingin dikuasai sekaligus dibutuhkan oleh pasar. Contohnya, mempertimbangkan keterampilan sesuai minat Anda antara hal-hal analitis (data science), kreatif (UX design), atau teknis (web development).

3. Belajar daring

Untuk memulai belajar keterampilan baru, manfaatkan platform pembelajaran daring yang relevan dengan tren industri, seperti Coursera, Udemy, LinkedIn Learning, RevoU, dan MySkill. Beberapa platform menawarkan sertifikasi.

4. Bangun portfolio

Mempelajari teori saja tidak cukup, maka Anda perlu membuat portofolio sebagai bukti keterampilan yang telah dipelajari. Contohnya, Anda yang baru menyelesaikan kursus coding membuat aplikasi sederhana atau prototipe konten yang diunggah di akun media sosial, lalu cantumkan akun di CV sehingga perekrut dapat melihat karya Anda. Selain itu, ikuti program magang atau sukarelawan guna membangun portfolio di komunitas.

5. Berjejaring

Jaringan adalah kunci, maka tulis pengalaman atau unggah sertifikasi reskilling Anda di LinkedIn. Dengan langkah ini, Anda akan menjaring orang-orang di bidangnya untuk berkomentar dan berteman. Jaringan ini menjadi sumber informasi, mentor, hingga peluang pekerjaan yang tidak diiklankan.

Bila Anda ingin mempertahankan dan mengembangkan karier, pertimbangkan untuk menjalani reskilling. Upaya ini tak sekadar membuka peluang baru, juga mendorong kemampuan beradaptasi serta berinovasi terhadap perubahan lanskap ketenagakerjaan. Terus belajar agar memperoleh kesuksesan yang lebih besar, teman-teman!

Share