Red flags tak hanya merujuk ke sebuah hubungan percintaan. Ungkapan khusus ini juga digunakan dalam proses rekrutmen, khususnya ketika kandidat sedang menjalani rangkaian rekrutmen di suatu perusahaan. Ya, tak ada kandidat yang ingin mengalami proses rekrutmen yang buruk, tetapi jika hal itu terjadi terkadang Anda tak bisa menghindarinya. Namun, itulah pelajaran yang akan Anda petik dan bisa menghindari kesalahan yang harus diwaspadai di proses mendatang.
Red Flags dalam Proses Rekrutmen
Mengingat red flags bukan hanya di dunia kencan, tetapi dalam proses rekrutmen juga, maka kandidat perlu mewaspadai dan/atau mengenali setiap tanda bahaya agar terhindar dari masalah.
Red flags merupakan tanda peringatan halus yang menunjukkan ada yang tidak beres pada suatu hal. Dalam proses rekrutmen, tanda ini bisa dimiliki oleh perusahaan maupun kandidat. Kali ini, kita akan membahas tanda bahaya yang muncul dari perusahaan, yang biasanya dilakukan oleh perekrut dan hiring manager (user).
Menurut Harvard Business Review, pencari kerja harus memperhatikan dengan saksama bagaimana pewawancara bertindak dan apa yang dikatakan oleh karyawan perusahaan tersebut tentang kehidupan kerja mereka saat ini. Jadi, mengenali tanda bahaya sejak dini perlu Anda lakukan dalam proses rekrutmen, karena hal ini akan menghindarkan Anda dari lingkungan kerja yang tidak sehat dan merugikan diri sendiri.
Next: Yuk, Ketahui Perbedaan PHK dan Dipecat
8 Red Flags yang Perlu Diwaspadai oleh Kandidat
Sebagai kandidat, tanda bahaya perusahaan bisa dilihat setelah perekrut menghubungi atau mengundang interview kerja. Misalnya, perubahan jadwal wawancara mendadak atau user terlambat datang ke dalam ruangan.
Memang, Anda perlu mewaspadai tanda itu, tetapi jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Berikan mereka kesempatan untuk menunjukkan warna aslinya. Apa yang harus diperhatikan?
1. Wawancara tidak terorganisir
Jika proses wawancara yang Anda jalani tidak terorganisir, tertunda, terlambat, atau tidak memiliki struktur atau agenda jelas, hal itu dapat menunjukkan perekrut dan user kurang nilai profesionalisme. Sebagai manusia, Anda memahami bahwa setiap orang memiliki masalah, tetapi jika masalah pribadi memengaruhi proses kerja, maka kondisi ini perlu menjadi pertimbangan karena tidak semua kendala akan menjadi penghalang.
2. Pembicaraan negatif
Ketika pewawancara berbicara negatif tentang karyawan saat ini atau mantan karyawan, itu merupakan tanda bahaya! Ada kemungkinan perusahaan tersebut memiliki lingkungan kerja toksik atau manajer tidak menangani konflik dengan baik. Budaya kerja yang sehat harus menumbuhkan rasa hormat dan sikap positif, bukan mendorong gosip atau menjelek-jelekkan.
3. Pertanyaan tidak profesional
Perekrut dan user dapat bertanya apa pun tentang kandidat, selama masih berkaitan dengan tanggung jawab pekerjaan. Bila mereka bertanya tentang usia, status perkawinan, suku, atau hal pribadi yang tidak ada kaitannya dengan kualifikasi atau tugas kerja, maka ini adalah red flags.
Jika user menanyakan hal itu, ada kemungkinan perusahaan menoleransi perilaku yang tidak berhubungan dengan sikap profesionalitas. Mereka mungkin memiliki beberapa bias bawah sadar yang tertanam dalam proses rekrutmen. Idealnya, perekrut dan user memiliki panduan wawancara sehingga ia mengetahui pertanyaan yang boleh dan tidak boleh ditanyakan kepada kandidat.
4. Mendorong secara agresif
Jika perusahaan mendorong Anda secara agresif untuk menerima penawaran pekerjaan, padahal Anda membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan tawaran tersebut. Ini ialah salah satu indikasi mereka lebih fokus mengisi posisi yang lowong daripada menunggu keputusan kandidat. Sebagai calon pemberi kerja, perusahaan perlu menghargai waktu dan pendapat kandidat.
Next: Menghadapi Job Offer yang Tidak Sama Dengan Lowongan Kerja
5. Banyak perbedaan informasi
Informasi yang disampaikan oleh perekrut dan user yang saling bertentangan juga menjadi tanda bahaya. Terlebih jika perbedaan informasinya tentang tanggung jawab pekerjaan, jam kerja, budaya perusahaan, atau ekspektasi dari peran. Misalnya, di job posting tertulis jam kerja fleksibel, tetapi dalam wawancara kerja, pewawancara mengatakan jam kerja mulai 09.00–18.00 dan tidak boleh datang terlambat.
Ini menunjukkan kurang ada komunikasi serta keselarasan dalam perusahaan serta ada kemungkinan peran yang dibutuhkan tidak jelas atau tim disfungsional, sehingga pekerjaan tersebut bisa sangat menantang. Bila Anda menyukai tantangan, silakan mengambil pekerjaan itu dan pertimbangkan konsekuensinya.
6. Terlalu banyak wawancara
Berapa kali wawancara kerja yang diadakan oleh perusahaan? Untuk posisi entry level dan senior, tiga kali sesi interview sudah cukup. Bagaimana jika prosesnya lebih dari itu? Ini bisa menjadi red flags, karena ada kemungkinan posisi tersebut sulit diisi disebabkan masalah internal perusahaan, ekspektasi dari perusahaan ke karyawan tidak jelas, atau kurang kepercayaan pada pengambil keputusan.
7. Kurang persiapan
Mengingat wawancara kerja adalah proses dua arah, maka antara user dan kandidat perlu meriset masing-masing sehingga Anda semua dapat bertanya pada hal-hal spesifik tentang tugas kerja, melakukan skill test, atau membahas tentang budaya organisasi.
8. Kurang terkoneksi
Terkadang, yang penting bukan apa yang dikatakan, melainkan bagaimana Anda terkoneksi dengan user dan budaya perusahaan. Jika Anda tidak cocok dengan pewawancara atau perusahaan, itu bisa menjadi tanda bahwa ada ketidakselarasan di antara kedua belah pihak. Terlebih, jika terdapat percakapan yang dipaksakan atau berat sebelah, sehingga Anda merasa sulit untuk menampilkan sisi terbaik. Ini bisa saja menandakan bahwa dinamika atau nilai tim tidak selaras dengan Anda atau Anda merasa cemas menghadapi orang baru.
Proses wawancara kerja tidak selalu sempurna. Namun, pembatalan jadwal mendadak jawaban yang samar dari pewawancara menjadi penanda awal agar Anda mencari informasi lebih lanjut mengenai perusahaan atau pewawancara tersebut.
Sembari menggali informasi, kunjungi laman ini untuk mendapatkan kabar peluang baru berdasarkan industri atau keterampilan Anda.


